BreakingNews! Tidak Ada Perhatian Dari Pemerintah, Warga Jemaat Ebenhazer Tuamese Lakukan Hal Ini
DETIK UNUM, KEFAMENANU - Jemaat Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Ebenhezer Tuamese, Kalasis Timor Tengah Utara (TTU) di Desa Tuamese, Kecamatan Biboki Anle’u Kabupaten TTU, Provinsi Nusa Tenggara Timur secara swadaya memperbaiki jalan sepanjang 3 Kilometer. (12/12/2022).
Pantauan media Warga jemaat Ebenhazer bebondong-bondong mengerjakan jalan yang rusak sekitar 3 km. Dari batas masuk desa Tuamese hingga 3 km kedalam menuju titik tumpul desa Tuamese yang dipimpin langsung oleh ketua majelis jemaat Ebenhazer Tuamese, pendeta Gerson Late.
Kepada media Pendeta Gerson mengatakan bahwa aksi peduli akan lingkungan tersebut juga merupakan swadaya dari jemaat Ebenhazer Tuamese, simpatisan lain dari luar jemaat Ebenheser, bahkan pedangan pasar yang selalu melewati jalan Tuamese.
"Kegiatan yang kami laksanakan hari ini titik berangkatnya dari ide yang disampaikan oleh bapak Mesak Adu berkaitan dengan keprihatinan beliau terhadap jalan yang menjadi akses utama bagi seluruh jemaat sekaligus warga desa Tuamese karena akses jalan ini menjadi sesuatu yang penting karena arus mudik jemaat atau warga setempat dan tentu jalan ini juga mempengaruhi kehidupan ekonomi, Jalan yang saat ini kita kerjaan juga sangat rusak berat karena pada musim hujan seperti ini jalannya sangat licin dan berlubang yang cukup dalam dan membuat jemaat atau warga yang ada di Tuamese mengalami kecelakaan ketika melewatinya," jelasnya.
Lajut pendeta Gerson juga mengatakan bahwa perlu ada perhatian apalagi didesa tersebut sudah ditetapkan menjadi desa wisata yang ditetapkan oleh peraturan Bupati.
"Masyarakat Tuamese sudah berupaya untuk memperbaiki jalan ini dan sudah merencanakan lewat musyawarah desa untuk pembagunan jalan ini, tetapi sudah berapa kali dan sudah berapa tahun ini mereka usulkan untuk perbaikan jalan tetapi sampai hari ini belum ada tindak lanjut dari pemerintah setempat, apalagi menjadi desa wisata tetapi tidak ada perhatian sama sekali bahkan akses jalan sampai saat ini belun tersentuh atau belum diperhatikan oleh pemerintah" tegasnya.
Pendeta Gerson menambahkan bahwa, Meraka juga mengalami kesulitan untuk membangun komunikasi dengan pihak Desa karna Penjabat Desa yang saat ini tidak tinggal menetap di Tuamese tetapi, menetap di Kota Kefamenanu.
Lebih lanjut Pendeta Gerson mengatakan bahwa perbaikan jalan yang dilakukan atas inisiatif swadaya dan semua material yang digunakan merupakan hasil dari kontribusi jemaat.
“Jadi untuk melaksanakan aksi cinta lingkungan ini kami punya rencana kemarin itu kurang lebih 60 ret material sertu yang diturunkan untuk penimbunan jalan. Sehingga untuk mendapatkan material itu tentu butuh dana. Nah, dana yang ada itu didapat dari hasil pengumpulan oleh majelis di jemaat-jemaat. Jadi setiap jemaat, setiap kepala keluarga sebagai jemaat di Tuamese wajib mengumpulkan Rp. 100.000 (Seratus ribuh rupiah),” jelasnya.
Pendeta Gerson juga menegaskan bahwa pekerjaan swadaya yang dilakukan tersebut dilakukan oleh Jemaat GMIT Ebenhezer Tuamese.
“Jadi memang dalam kegiatan ini bukan atas nama Pemerintah. memang tadi mereka ada disitu itu ada Dusun ada aparat desa yang lain juga. Tetapi ya itu sudah. Mungkin kurang komunikasi dengan Pemerintah Desa sehingga mereka tidak hadir atas nama Pemerintah. Mereka hadir atas nama jemaat,” katanya.
Pendeta Gerson juga berharap dari ketua bahwa semoga ada perhatian dari pemerintah kabupaten maupun provinsi karena kebetulan desa tuamese adalah desa wisata.
"Sehingga pengembangan wisata, bahkan untuk peningkatan ekonomi jemaat atau warga setempat ke depan perlu akses jalan yang memadai sehingga dengan begitu pendapat desa bisa meningkat, kehidupan ekonomi warga setempat juga meningkat," harapnya.
Ditempat yang sama Marten Paja yang juga merupakan jemaat Ebenhzer juga menegaskan agar pemerintah setempat bisa memperhatikan wilayah Tuamese karena wilayah Tuamese memiliki potensi yang besar untuk kabupaten TTU.
"Kalau memang pemerintah ada hati boleh melihat ini wilayah ini. Karena semua potensi yang ada disini bukan saja wisata tetapi potensi ekonominya tinggi disini, dari peternakan, pertanian, tambak, nelayan, semua ada disini jadi perlu diperhatikan dari pemerintah.
TTU ada nama kalau desa Tuamese dibagun secara baik. Dari semua potensi yang ada di TTU ada disini. Ini bukan atas nama desa tuamese tapi ini atas nama TTU. Jadi pemerintah kalau ada hati tolong perhatikan ini jalan karena ini kami kerjakan secara swadaya dari jemaat tuamese," jelas Marten.
Selain itu Mesak Adu juga yang merupakan mantan kepala desa membenarkan bahwa seharusnya Desa Tuamese menjadi perhatian pemerintah untuk infrastruktur jalan di desa Tuamese sebab kontribusinya terbesar dan juga merupak desa wisata yang perlu dikembangkan oleh kabupaten TTU.
"Berdasarkan penetapan pajak PBB dinas pendapatan TTU, setiap tahun desa Tuamese itu mencapai 200 lebih juta yang terdiri dari pajak masyarakat sendiri itu ada 62 juta lebih dan pajak kolam hepi itu 142 juta. maka setiap tahunnya distribusi pajak dari desa Tuamese untuk pendapat daerah TTU 200 lebih juta setiap tahun. Maka dari itu desa Tuamese perlu diperhatikan insfratruktur jalannya sebab desa Tuamese memiliki kontribusi yang besar untuk TTU," tutup Mesak.